Kerajaan Sriwijaya: Kemaharajaan Bahari yang Legendaris

Kerajaan Sriwijaya: Kemaharajaan Bahari yang Legendaris

Kerajaan Sriwijaya merupakan kemaharajaan bahari terbesar dalam sejarah Asia Tenggara yang menguasai jalur perdagangan maritim selama berabad-abad. Berpusat di Palembang, Sumatera Selatan, kerajaan ini berkembang dari abad ke-7 hingga ke-13 Masehi dan menjadi pusat agama Buddha Mahayana yang penting di dunia. Sebagai penerus tradisi maritim kerajaan-kerajaan earlier Nusantara, Sriwijaya membawa konsep kenegaraan bahari ke level yang belum pernah dicapai sebelumnya.

Asal Usul dan Pendirian Sriwijaya

Berdasarkan prasasti Kedukan Bukit yang berangka tahun 682 Masehi, Sriwijaya didirikan oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa melalui suatu ekspedisi militer dan spiritual. Prasasti ini menceritakan bagaimana Dapunta Hyang berangkat dengan 20.000 tentara menggunakan perahu dan berjalan kaki untuk menaklukkan beberapa daerah dan mendirikan kerajaan Sriwijaya.

Prasasti-Prasasti Awal Sriwijaya

Selain Prasasti Kedukan Bukit, beberapa prasasti penting awal Sriwijaya antara lain:

  • Prasasti Talang Tuwo (684 M): Menceritakan pembangunan Taman Sriksetra untuk kesejahteraan semua makhluk
  • Prasasti Kota Kapur (686 M): Ditemukan di Bangka, menunjukkan ekspansi Sriwijaya ke luar Sumatera
  • Prasasti Karang Brahi (686 M): Menunjukkan pengawasan terhadap daerah pedalaman
  • Prasasti Palas Pasemah: Menegaskan kekuasaan Sriwijaya di Lampung

Prasasti-prasasti ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno, menunjukkan bahwa Sriwijaya telah mengembangkan identitas kebahasaan yang khas.

Lokasi Pusat Kerajaan

Pusat Kerajaan Sriwijaya terletak di sekitar Palembang sekarang, di tepian Sungai Musi. Lokasi ini sangat strategis karena:

  • Berada di jalur pelayaran internasional Selat Malaka
  • Dilindungi oleh anak-anak sungai yang membentuk pertahanan alam
  • Memiliki akses ke hinterland yang kaya sumber daya alam
  • Berada di muara sungai besar yang menjadi pusat perdagangan

Kontroversi Lokasi Sriwijaya

Meski Palembang diyakini sebagai pusat utama, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Sriwijaya mungkin memiliki beberapa ibu kota atau pusat pemerintahan yang berpindah-pindah. Teori ini didukung oleh temuan arkeologi di Jambi dan daerah lain di Sumatera.

Wilayah Kekuasaan dan Hegemoni Maritim

Pada puncak kejayaannya, Sriwijaya menguasai wilayah yang sangat luas melalui ekspansi militer dan diplomasi. Kekuasaannya mencakup sebagian besar pulau-pulau di Nusantara dan Semenanjung Malaya.

Daerah-Daerah Bawahan Sriwijaya

Berdasarkan prasasti dan catatan sejarah, wilayah kekuasaan Sriwijaya meliputi:

  • Sumatera: Seluruh pesisir timur dan sebagian barat
  • Jawa: Bagian barat Jawa, termasuk Tarumanegara
  • Semenanjung Malaya: Kedah dan daerah sekitarnya
  • Kalimantan: Pesisir barat dan selatan
  • Kepulauan Riau dan Bangka Belitung
  • Thailand Selatan dan Kamboja untuk periode tertentu

Sistem Hegemoni Maritim

Sriwijaya mengembangkan sistem hegemoni yang unik dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan agraris seperti Tarumanegara. Sistem ini meliputi:

  • Kontrol atas Selat Malaka dan Selat Sunda
  • Sistem pajak dan upeti dari kapal-kapal yang melintas
  • Aliansi dengan kerajaan-kerajaan lokal melalui perkawinan politik
  • Armada laut yang kuat untuk menjaga keamanan pelayaran

Masa Keemasan di Bawah Balaputradewa

Pada abad ke-9, Raja Balaputradewa membawa Sriwijaya ke puncak kejayaannya. Ia membangun hubungan baik dengan Kerajaan Medang di Jawa dan Kerajaan Pala di India, menjadikan Sriwijaya sebagai pusat pembelajaran Buddha yang termasyhur.

Ekspansi Wilayah Sriwijaya

Periode Wilayah yang Dikuasai Raja Bukti Sejarah
Abad 7 Sumatera Selatan, Bangka Dapunta Hyang Prasasti Kedukan Bukit
Abad 8 Selat Malaka, Jawa Barat Raja Indra Prasasti Ligor
Abad 9 Seluruh Sumatera, Semenanjung Malaya Balaputradewa Prasasti Nalanda
Abad 10-11 Jawa, Kalimantan, Thailand Raja-raja Sriwijaya Catatan Tiongkok

Struktur Pemerintahan dan Sistem Kekuasaan

Sriwijaya mengembangkan sistem pemerintahan yang kompleks dan terstruktur untuk mengelola wilayah kekuasaannya yang luas. Sistem ini menggabungkan unsur-unsur lokal dengan pengaruh India.

Struktur Pemerintahan Pusat

Di pusat kerajaan, struktur pemerintahan terdiri dari:

  1. Maharaja: Penguasa tertinggi yang bergelar Sri Maharaja
  2. Yuvaraja: Putra mahkota atau wakil raja
  3. Rajaputra: Pangeran-pangeran kerajaan
  4. Bhupati: Para menteri dan pejabat tinggi
  5. Datu: Kepala daerah atau penguasa lokal

Sistem Administrasi Daerah

Untuk mengelola wilayah yang luas, Sriwijaya menerapkan sistem administrasi yang terdesentralisasi:

  • Vanua: Unit wilayah administratif terkecil
  • Kadatuan: Wilayah yang dipimpin oleh datu
  • Mandala: Wilayah otonom yang membayar upeti
  • Samaryyada: Daerah perbatasan atau buffer zone

Peran Kaum Brahmana dan Biksu

Seperti kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha lainnya, kaum agamawan memainkan peran penting dalam pemerintahan Sriwijaya. Kaum Brahmana bertindak sebagai penasihat spiritual, sementara biksu Buddha terlibat dalam pendidikan dan diplomasi.

Konsep "Mandala" dalam Politik Sriwijaya

Sriwijaya menerapkan konsep mandala dalam politik, di mana kekuasaan tidak bersifat teritorial tetap tetapi berupa lingkaran pengaruh yang dapat berubah-ubah. Raja berada di pusat mandala, dengan pengaruhnya berkurang seiring jarak dari pusat. Konsep ini menjelaskan mengapa batas-batas Sriwijaya sulit ditentukan secara pasti.

Perekonomian dan Jaringan Perdagangan Internasional

Kekuatan utama Sriwijaya terletak pada kemampuannya mengontrol dan memanfaatkan jaringan perdagangan internasional antara Tiongkok, India, dan Timur Tengah.

Komoditas Perdagangan Utama

Sriwijaya menguasai perdagangan berbagai komoditas berharga:

  • Rempah-rempah: Cengkeh, pala, lada dari Maluku dan Sumatera
  • Kayu-kayuan: Kayu gaharu, cendana, dan kapur barus
  • Emas dan perak: Dari tambang-tambang di Sumatera
  • Kemenyan dan kapur barus: Komoditas eksklusif dari Sumatera
  • Porselen dan sutra: Barang-barang mewah dari Tiongkok

Sistem Pajak dan Bea Cukai

Sriwijaya menerapkan sistem pajak yang canggih untuk kapal-kapal yang melintasi wilayahnya:

  • Pajak transit untuk kapal yang melintasi selat
  • Bea masuk dan keluar di pelabuhan-pelabuhan
  • Upeti dari kerajaan-kerajaan bawahan
  • Pajak perdagangan untuk pedagang lokal dan asing

Pelabuhan-Pelabuhan Utama

Beberapa pelabuhan penting dalam jaringan perdagangan Sriwijaya:

  • Palembang: Pusat pemerintahan dan perdagangan utama
  • Jambi: Pusat perdagangan alternatif
  • Kedah: Pelabuhan di Semenanjung Malaya
  • Barus: Pelabuhan kapur barus di Sumatera Utara

Teknologi Perkapalan yang Maju

Masyarakat Sriwijaya menguasai teknologi pembuatan kapal yang canggih untuk zamannya. Kapal-kapal mereka mampu melakukan pelayaran samudera dan mengarungi rute perdagangan yang berbahaya. Kemampuan maritim ini menjadi kunci sukses hegemoni Sriwijaya di perairan Nusantara.

Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Sriwijaya

Sriwijaya tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi dan politik, tetapi juga pusat agama Buddha Mahayana dan perkembangan kebudayaan yang penting di Asia Tenggara.

Pusat Pendidikan Buddha

Menurut catatan biksu Tiongkok I-Tsing, Sriwijaya memiliki ribuan biksu yang mempelajari agama Buddha sebelum melanjutkan perjalanan ke India. Beberapa ciri pendidikan di Sriwijaya:

  • Vihara dan universitas Buddha yang terkenal
  • Pengajaran dalam bahasa Sanskerta dan bahasa lokal
  • Kurikulum yang mencakup filsafat, logika, dan sastra
  • Hubungan dengan universitas Nalanda di India

Perkembangan Seni dan Arsitektur

Meski sedikit meninggalkan bangunan megah, Sriwijaya mengembangkan seni dan arsitektur yang khas:

  • Arca-arca Buddha dari perunggu dan batu
  • Candi-candi yang terbuat dari bata merah
  • Seni pahat dan ukir pada prasasti dan artefak
  • Arsitektur vihara yang mengadaptasi gaya India dan lokal

Bahasa dan Sastra

Sriwijaya memainkan peran penting dalam perkembangan bahasa Melayu sebagai lingua franca di Nusantara. Bahasa Melayu Kuno digunakan dalam prasasti-prasasti resmi dan perdagangan.

Dalam bidang sastra, berkembang karya-karya keagamaan Buddha dan adaptasi epos India seperti Ramayana dan Mahabharata.

Warisan dan Pengaruh Sejarah Sriwijaya

Meski Kerajaan Sriwijaya sudah runtuh pada abad ke-13, warisannya tetap hidup dan mempengaruhi perkembangan sejarah dan budaya di Nusantara.

Warisan Politik dan Kenegaraan

Konsep kemaharajaan bahari yang dikembangkan Sriwijaya menjadi model bagi kerajaan-kerajaan maritim berikutnya, termasuk Kesultanan Malaka dan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.

Warisan Kebahasaan dan Budaya

Bahasa Melayu yang dikembangkan Sriwijaya menjadi dasar bagi bahasa Indonesia modern. Banyak kosakata Sanskrit yang diserap melalui Sriwijaya masih digunakan hingga sekarang.

Warisan dalam Identitas Nasional

Sriwijaya menjadi simbol kejayaan maritim Indonesia dan inspirasi bagi konsep wawasan nusantara. Nama Sriwijaya diabadikan dalam berbagai institusi, termasuk Universitas Sriwijaya dan Kodam Sriwijaya.

Pelajaran dari Sejarah Sriwijaya

Keberhasilan Sriwijaya mengajarkan pentingnya:

  • Penguasaan jalur perdagangan strategis
  • Kemampuan menjaga stabilitas keamanan di perairan
  • Pembangunan pusat pendidikan dan kebudayaan
  • Diplomasi yang efektif dengan kekuatan regional

Signifikansi Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya bukan hanya salah satu kerajaan terbesar dalam sejarah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara, tetapi juga bukti bahwa bangsa Indonesia memiliki tradisi maritim yang kuat dan mampu bersaing dalam percaturan internasional.

Warisan Sriwijaya yang paling berharga adalah konsep negara maritim yang mengutamakan perdagangan, pendidikan, dan toleransi beragama. Konsep ini tetap relevan bagi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia.

Dari pusat pembelajaran Buddha di Palembang hingga jaringan perdagangan yang membentang dari Tiongkok ke Timur Tengah, Sriwijaya mengajarkan bahwa kekuatan sejati sebuah peradaban terletak pada kemampuannya menghubungkan berbagai budaya dan bangsa, menciptakan sintesis yang memperkaya keanekaragaman budaya Nusantara.

Share

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0